Alat Ukur Cylinder bore gauge
CARA MENGGUNAKAN
CYLINDER
BORE GAUGE
Silinder
bore gauge
Silinder bore gauge adalah suatu alat ukur (measurement tools) yang
memiliki fungsi yaitu untuk mengukur keausan dari diameter dalam suatu silinder
dengan tingkat ketelitian 0,01 mm. Dalam silinder bore gauge terdapat sebuah
dial indicator, dial indicator inilah yang akan membaca tingkat keausan dalam
suatu blok silinder.
Dalam penggunaannya ntuk mengukur keausan blok silinder, alat ini tidak dapat
berdiri sendiri, melainkan memerlukan bantuan alat ukur lain yakni Mikrometer
dan Jangka Sorong (Vernier Caliper).
Bagian –
Bagian Silinder Bore gauge :
1.
Dial Indikator
2.
Replacement Rod
3.
Replacement Washer
4.
Measuring Point (Probe)
5.
Batang Silinder Bore Gauge
Cara
Mengukur Keausan Blok Silinder Dengan Silinder Bore Gauge :
1. Gunakan
jangka sorong untuk mengukur diameter dalam pada blok silinder , missal
diperoleh hasil pengukuran 80,40 mm.
2. Gunakan
mikrometer dan setel pada ukuran 80,40 mm.
3. Selanjutnya
tentukan replacement rod dan replacement washer pada silinder bore gauge.
Karena hasil pengukuran adalah 80,40 dan angka dibelakang koma < 0,50 maka
pembulatan kebawah menjadi 80 mm , sehingga memilih replacement rod 80 mm tanpa
menggunakan replacement washer.
Jika
diperoleh ukuran missal 80,60 mm maka angka dibelakang koma > 0,50 mm
sehingga pembulatan ke atas menjadi 81 mm. sehingga memilih ukuran replacement
rod 80 mm dan replacement washer 1 mm.
4. Cara
memasukkan replacement rod dan replacement washer adalah pertama lepas
replacement rod set screw lalu masukkan replacement rod dan replacement washer
(jika menggunakan replacement washer). Kemudian kencangkan replacement rod set
screw kembali.
5. Selanjutnya
adalah mengkalibrasi Silinder Bore Gauge dengan mikrometer yang telah di stel
ukuran 80,40 mm. Caranya adalah pertama kendorkan pengunci outer ring pada dial
indicator , kedua masukkan dial indicator ke dalam rahang mikrometer dengan
replacement rod terlebih dahulu, ketiga stel angka nol pada dial gauge tepat
pada jarum panjang dengan memutar outer ring, keempat kunci kembali pengunci
outer ring. Silinder bore gauge siap digunakan.
6. Masukkan
replacement rod pada blok silinder terlebih dahulu lalu dengan measuring point
(Jangan memasukkan measuring point terlebih dahulu karena akan
meninggalkan goresan pada blok silinder).
7. Goyangkan ke
kanan dan kekiri sampai tercapai angka pengukuran terbesar. Jika jarum panjang
berhenti sebelum angka nol maka hasil pengukuran ditambah dengan 0,01 * jumlah
strip sebelum nol. Misal jarum berhenti 15 strip sebelum nol maka hasil
pengukuran = 80,40 + (0,01 * 15) = 80,40 + 0,15 = 80,55 mm.
Jika berhenti setelah angka nol berarrti hasil pengukuran dikurangi dengan
0,01 * jumlah strip setelah nol. Misal jarum berhenti 5 strip setelah nol maka
hasil pengukuran = 80,40 – (0,01 *5) = 80,40 – 0,05 = 80,35 mm
8. Tiap
blok silinder ukur pada titik X dan Y pada tiga posisi yaitu posisi atas X1 dan Y1 , posisi tengah X2 dan Y2 dan posisi bawah X3 dan Y3
9. Lalu masukkan hasil pengukuran pada table berikut
Contoh :
Pos. ukur
Jml sil
|
X-1
|
Y-1
|
X-2
|
Y-2
|
X-3
|
Y-3
|
Silinder 1
|
80,50
|
80,48
|
80,50
|
80,56
|
80,41
|
80,52
|
Silinder 2
|
80,49
|
80,54
|
80,50
|
80,52
|
80,49
|
80,50
|
Silinder 3
|
80,49
|
80,55
|
80,51
|
80,54
|
80,50
|
80,48
|
Silinder 4
|
80,52
|
80,53
|
80,50
|
80,53
|
80,46
|
80,49
|
10.
Lalu masukkan hasil pengukuran pada table keovalan dan ketirusan
Contoh :
Pengamatan
Jml sil
|
Keovalan
|
Ketirusan
|
|||
X1-Y1
|
X2-Y2
|
X3-Y3
|
XB - XK
|
YB - YK
|
|
Silinder 1
|
0,02
|
- 0,06
|
- 0,11
|
0,09
|
0,08
|
Silinder 2
|
- 0,05
|
- 0,02
|
- 0,01
|
0,01
|
0,04
|
Silinder 3
|
- 0,06
|
0,03
|
0,02
|
0,02
|
0,07
|
Silinder 4
|
- 0,02
|
- 0,03
|
-0,03
|
0,06
|
0,04
|
11.
Dari data diatas ambil
keovalan paling besar dan ketirusan paling besar untuk menentukan pengerjaan
akhir (oversize)
Contoh :
Ketirusan Maksimal : 0,09 mm
Keovalan Maksimal : 0,11 mm
Keausan Maksimal : . . . . . . . . (Selisih diameter silinder STD
dengan hasil pengukuran terbesar)
12.
Kesimpulan
Jika pengukuran keausan maksimal < 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan
adalah oversize 0,25 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,25 mm maka pengerjaan lanjutan
adalah oversize 0,50 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,50 mm maka pengerjaan
lanjutan adalah oversize 0,75 mm
Jika pengukuran keausan maksimal > 0,75 mm maka pengerjaan lanjutan
adalah oversize 1,00 mm
semoga bermanfaat..
Comments
Post a Comment